Pemandu gambar atau switcherman adalah orang yang bertugas menampilkan perpaduan gambar dari beberapa sumber gambar ke dalam satu tampilan visual program televisi, sehingga program tersebut mempunyai nilai estetika.
Pemadu gambar atau switcherman bertugas di ruang kontrol dalam setiap produksi acara, baik program berita maupun non berita. Pemandu gambar bertugas mengoperasikan peralatan swicther yang berfungsi untuk memindahkan satu sumber gambar ke sumber gambar lainnya atas perintah pengarah program (programme director).
Switcherman (pemadu gambar) adalah seorang yang mempunyai sense atau seseorang yang mempunyai tingkat abstraksi tinggi dalam memprediksi dan mengolah input gambar yang ada menjadi sebuah karya seni yang mempunyai keserasian dan harmonisasi. Oleh karena itu biasanya seorang switcherman adalah seorang yang memiliki kedekatan persepsi atau memiliki kecocokan karakter dengan sutradara yang diikutinya.
Dengan kata lain switcherman adalah tangan kanan dari sutradara, karena keberhasilan terciptanya output gambar yang baik sangat ditentukan dari bagaimana seorang switcherman dapat mengarahkan kru produksi.
Pada dasarnya seorang switcherman adalah seorang yang memiliki mental yang sangat kuat, artinya seorang switcherman harus dapat bertanggung jawab dalam menghadapi berbagai kemungkinan positif ataupun negatif pada saat syuting berlangsung. Perpaduan antara mata, telinga, intuisi, reaksi dan koordinasi kru pemain menjadi sebuah kesatuan yang terikat satu dengan lainnya. Apalagi bila kamera mencapai 10 hingga 20 kamera, switcherman harus bisa menyelaraskan antara koordinasi kerja dengan penciptaan seni visual yang kreatif (Bare Richard L, 2000).
Ketika switcherman duduk menghadapi vision mixer, TV monitor, preview monitor, PGM monitor, headset dan seabrek peralatan syuting master control lainnya seorang switcherman harus mempunyai kemampuan untuk mengontrol semua peralatan yang ada.
Tanpa pengetahuan yang cukup dan skill yang baik switcherman akan mengalami kesulitan, belum lagi pada saat yang bersamaan seorang switcherman dituntut harus berfikir kreatif dan menggerakan seluruh kru produksi.
Ada lima hal dasar yang harus switcherman kuasai guna mendapatkan gambar terbaik dalam proses produksi, hal ini adalah “visual image” yaitu : (Fairweather, Ron. 1998: 99).
2.Matching cameras, Pada saat memadukan gambar dari berbagai kamera maka switcherman harus memperhatikan apakah gambar tersebut telah match baik dari sisi warna, eksposur maupun komposisi gambar.
3. Ligthing Control, Setiap saat perubahan cahaya diperlukan sesuai dengan angle setiap kamera. Anda harus dapat berbicara langsung kepada Ligthing Operator atau Lighting Director yang mengatur penataan cahaya. Selain itu switcherman selalu berpedoman menggunakan konsep dasar three point lighthing (key light, fill light, backlight).
4.Camera Exposure, Switcherman harus selalu mengamati (mengatur) gain (contrast) dan lift (brightness) dari setiap kamera dan melakukan adjustment agar tidak terjadi penerimaan pencahayaan yang berbeda dari setiap kamera. Dalam hal ini switcherman selalu mendiskusikan dengan Technical Director dan kontrollah melalui CCU (Camera Control Unit).
5.Colour Balancing, Pengawasan warna dari setiap objek yang dituju adalah tugas switcherman yang sangat membutuhkan kepekaan. Switcherman harus melakukan match colour untuk gambar yang terang ataupun gelap, merhatikan background setiap angle kamera, apakah semua warna sudah cocok, seimbang dan selaras dengan paduan warna dari berbagai objek.
Selain lima hal dasar tadi seorang switcherman juga perlu menguasai tehnik-tehnik produksi multi kamera, tehnik ini meliputi : (Fairweather, Ron. 1998 : 100)
1. Cutting Speed on Direct Editing Multi Kamera Live Show!
Berarti tidak ada kata ulang (kecuali terpaksa) dan harus diedit ditempat (switching oleh sutradara). Dengan demikian, seorang switcherman harus memahami teknik cutting speed atau teknik kecepatan memotong gambar yang satu dan mengganti dengan gambar yang lain. Sebuah shot yang paling baik adalah shot dengan durasi 5 detik, artinya minimal gambar akan muncul dilayar selama 5 detik. Bila pemotongan gambar dilakukan lebih cepat dari 5 detik maka gambar tersebut akan mengganggu kesinambungan adegan, kecuali bila sutradara dituntut untuk memotong gambar dengan cepat karena tuntutan adegan! Misalnya, dalam syuting diarena adu balap Mobil F1, kecepatan pemotongan gambar dapat dilakukan dalam shot berdurasi minimal 3 detik. Artinya gambar 3 detik masih dapat diterima mata penonton. Apalagi dalam adegan-adegan yang kebut-kebutan melewati lawan, mungkin saja diperlukan pemindahan gambar yang cepat untuk mendapatkan posisi gambar yang menarik dan dapat memuaskan mata penonton.
2. Timing on Switching
Seorang sutradara televisi harus menguasai 2 buah teknik pemindahan gambar, yaitu dipotong(cutting) dan ditumpuk (dissolving). Kedua cara ini mempunyai tujuan yang sama, yaitu memindahkan gambar dari kamera satu kepada kamera lainnya sesuai dengan tuntutan acara atau cerita. Namun, keduanya memiliki karakter yang sangat berbeda sesuai dengan tuntutan cerita yang berbeda juga. Semuanya tergantung pada kreativitas dan kemampuan memadukan pemindahan (switching) sesuai dengan saat yang tepat (in the right timing). Bila terlambat memindahkan gambar maka kenikmatan penonton akan terganggu. Demikian juga sebaliknya.
3. The Switching Tehnique
a. Switching by scene
Adalah teknik pemindahan gambar berdasarkan adegan (scene) dalam setiap objek yang mempunyai blocking tertentu yang telah direncanakan dalam script breakdown. Objek tersebutdapat berupa pemain, presenter ataupun penari yang pergerakannya disesuaikan dengan penataan(blocking) kamera. Dalam switching by scene dibutuhkan breakdown naskah yang berbentuk shotlist agar tidak ada kesalahan dan keterlambatan dalam pemindahan gambar. Biasanya, switching by scene sangat diperlukan untuk penyutradaraan Drama dan Sit-Kom.
b. Switching by Narration(or lyric)
Adalah teknik pemindahan gambar berdasarkan narasi atau Lirik dalam setiap objek isi naskah yang dibacakan oleh presenter ataupun voice over. Penataan kamera disesuaikan dengan isi dari penulisan naskah. Switching by lyric dapat dilakukan dengan menggunakan storyboard dalam bentuk adegan (scene). Juga dapat dipakai untuk penggarapan program-program video instructional
seperti Acara Memasak, Acara “Kiat Menjahit Baju” ataupun Acara
“Pelajaran Bahasa Inggris”.
c. Switching by Moment
Adalah teknik pemindahan gambar berdasarkan momen atau kejadian langsung yang dilakukan dan dialami langsung oleh objek yang dituju. Kekuatan Switching by Moment adalah kemampuan sutradara untuk merekam dan mengambil gambar dari kejadian-kejadian yang tidak terduga dan tidak direncanakan. Misalnya ketika balap mobil terjadi tabrakan beruntun pada lap akhir. Kejelian mata, kecepatan, dan ketepatan memberikan komando kepada penata kamera sangat bergantung kepada switcherman. Untuk momen yang tidak dapat diulang, switcherman harus bisa membaca mengantisipasi posisi dan lokasi di mana momen menarik akan terjadi. Program acara gameshow, olahraga, siaran langsung, dan konser musik sangat mengandalkan momen. Biasanya, momen akan terekam dengan menggunakan wideshot pada lokasi tertentu.
d. Switching by rhythm (or beat)
Adalah teknik pemindahan gambar berdasarkan tempo dan beat dari ketukan, birama, suara musik ataupun soundeffect yang terpadu dalam setiap objek. Biasanya, switching yang didasari oleh tempo dilakukan untuk penyutradaraan konser musik dimana pemindahan gambar dihitung berdasarkam irama lagu. Setiap jenis musik mempunyai irama switching yang berbeda. Untuk musik rock misalnya, pemindahan bisa dilakukan setiap 4/4 ketukan. Sementara untuk musik klasik, pemindahan bisa dilakukan setiap dua kali 4/4 ketukan. Switching ini sangat membutuhkan sense of music yang baik.
21.46 |
Category: |
0
komentar
Comments (0)