Esensi fotografi adalah bermain dengan cahaya. Dasar fotografi untuk mengatur cahaya dinamakan eksposure. Komponennya cuma tiga : shutter speed (kecepatan rana), aperture (bukaan diafragma) dan sensitivitas sensor (ISO). Namun pengaturan ketiga komponen inipun tak bisa lepas dari pemahaman dasar akan pencahayaan (lighting), karena cahaya adalah hal pokok yang akan diatur oleh komponen eksposur. Kali ini kami ingin mengulas mengenai teori dasar pencahayaan sebagai bekal untuk memudahkan anda mendapat eksposur yang tepat.
Pencahayaan, atau lighting, bisa digolongkan dalam berbagai bahasan. Umumnya kita membahas lighting berdasarkan jenisnya, sumbernya, dan arah datangnya. Berdasar jenis cahaya kita kenal ada hard light, soft light dsb. Berdasar sumber bisa cahaya tentu dibagi dalam beberapa macam sumber cahaya seperti matahari, lampu studio dsb. Sedangkan menurut arah datangnya cahaya, bisa digolongkan dalam cahaya depan, cahaya samping dan cahaya belakang.
Jenis cahaya
Secara sederhana jenis cahaya dibagi dalam dua kelompok yaitu cahaya keras (hard light) dan cahaya lembut (soft light). Cahaya keras cenderung punya intensitas tinggi yang menyulitkan kamera untuk mengukur eksposur yang tepat, dan berpotensi membuat pantulan pada objek yang difoto. Hard light juga akan membuat bayangan yang tegas sehingga kurang cocok untuk foto profesional. Cahaya keras contohnya dihasilkan oleh semua lampu kilat pada kamera, atau sinar matahari langsung yang menyorot ke objek foto.
Hard light (credit : dailyphototips.com)
Sebaliknya cahaya lembut (soft light) umumnya dihasilkan melalui teknik studio yaitu penggunaan diffuser pada lampu kilat (lihat gambar di samping). Di taraf lebih tinggi digunakan teknik pantulan supaya cahaya bisa semakin lembut, baik pantulan ke langit-langit (bouncing) ataupun memakai reflektor. Cahaya lembut lebih cocok untuk dipakai di studio baik untuk foto orang ataupun foto produk, namun di luar ruang yang punya sumber cahaya kompleks, cahaya lembut sulit diaplikasikan. Setidaknya kita bisa mengenal perbedaan hasil yang didapat dengan memakai cahaya keras atau cahaya lembut.
Sumber cahaya
Di dunia ini sumber cahaya sangat banyak dan kompleks, mulai dari sinar matahari, bermacam jenis lampu dan benda lain yang berpendar. Tiap sumber cahaya memiliki intensitas dan temperatur warna yang berbeda-beda, sehingga diperlukan kemampuan yang baik dari kamera (atau fotografer) dalam menentukan white balance yang tepat. Umumnya kamera mampu mengenali cahaya matahari, lampu neon, lampu pijar dan lampu kilat. Bila hasil white balance otomatis dari kamera meleset (benda putih jadi kebiruan atau kemerahan) atur preset white balance secara manual. Untuk tingkat lebih lanjut, gunakan grey card sehingga foto yang meleset bisa ditolong memakai software.
Preset white balance (credit : alexismiller.com)
Kebanyakan kita memotret mengandalkan cahaya alami khususnya sinar matahari. Perlu diingat kalau intensitas cahaya matahari sangat tinggi dan berpotensi membuat foto mengalami highlight clipping. Untuk hasil terbaik hindari memotret di saat matahari terik (jam 10 sampai jam 15) karena kamera tidak akan mampu menangkap rentang spektrum terang gelap yang amat lebar. Apalagi prinsip metering kamera mengandalkan cahaya yang dipantulkan oleh objek foto, sehingga resiko eksposure meleset cukup besar.
Temperatur warna bermacam cahaya (credit : Shortcourse.com)
Arah datangnya cahaya
Yang menarik adalah pembahasan mengenai arah datangnya cahaya. Menarik karena bila disiasati dengan tepat, bisa didapat foto yang dramatis, namun bila salah maka hasilnya akan mengecewakan.
* cahaya depan : sesuai namanya, arah datangnya sinar lurus dari depan objek. Cahaya dari depan ini akan memberikan penerangan yang merata di seluruh bidang foto, sehingga didapat foto yang flat tanpa tekstur terang gelap. Meski secara umum foto seperti ini baik, namun terkadang kurang artistik karena kontrasnya rendah.
* cahaya samping : ini adalah teknik foto yang cukup artistik dengan mengandalkan cahaya yang datang dari arah samping objek foto. Sinar dari samping ini bisa menghasilkan bayangan dan bisa membuat area terang gelap yang bila secara jeli dioptimalkan maka bisa mendapat foto yang artistik. Contoh pemakaian adalah untuk fotografi windows lighting, dengan si model berdiri di samping jendela dan cahaya menyinari bagian samping dari si model.
* cahaya belakang (backlight) : suatu kondisi yang bisa menghasilkan foto yang baik atau bahkan buruk, tergantung niatnya. Prinsipnya backlight akan membuat objek foto jadi siluet, sehingga tentukan dulu apakah siluet ini memang hasil yang diinginkan atau tidak. Bila kita tidak sedang ingin membuat foto siluet, usahakan menghindari memotret dengan backlight. Meski ada trik untuk mengatasi backlight, tapi hasilnya tidak akan optimal. Maka itu usahakan merubah posisi objek atau fotografer bila berhadapan dengan cahaya dari belakang.
Sebagai bonus, bila pun anda terpaksa memotret dengan sumber cahaya dari belakang (backlight), berikut tips untuk menghindari siluet :
* atur kompensasi eksposure (Ev) ke arah positif, bisa sampai 2 stop kalau perlu. Hal ini memang akan membuat background menjadi blown (terbakar) tapi kita bisa menyelamatkan objek fotonya.
* gunakan spot metering lalu arahkan titik pengukuran ke arah objek, hal ini akan membuat kamera menghasilkan eksposur yang tepat hanya di objek foto dan tidak menghiraukan cahaya yang datang dari arah belakang.
* gunakan fill-in flash, jangan sangka lampu kilat hanya untuk dipakai di daerah gelap. Lampu kilat juga bermanfaat untuk menerangi daerah gelap akibat pencahayaan belakang.
* gunakan koreksi memakai software (semisal Photoshop), namun tentu anda perlu waktu lagi untuk mengolahnya.
Kesimpulan
Dengan memahami bermacam konsep pencahayaan (jenis, sumber dan arah datangnya cahaya) diharap kita semakin bisa menghasilkan foto yang baik. Saat akan memotret, cobalah untuk sejenak berpikir mengenai cahaya apa yang akan kita pakai, apakah kita perlu soft light (bila ya gunakan diffuser pada lampu kilat), apakah intensitas cahaya sekitar sudah mencukupi untuk kamera mendapat eksposuer yang tepat, apakah kita perlu mengatur white balance secara manual, apakah arah datangnya cahaya memang sudah sesuai yang kita inginkan; bila tidak, bisakah kita merubah posisi kita (dan si objek) untuk mendapat arah cahaya yang tepat? Memang tampaknya rumit, mau memotret saja kok banyak yang harus dipikirkan. Tapi demi foto yang lebih baik, tak ada salahnya kan sedikit ‘berjuang’ dan berlatih?
Catatan : Tulisan ini dibuat berdasar pengalaman pribadi penulis dan tidak dimaksud untuk menggantikan teori dasar fotografi. Apa yang ditulis disini mungkin belum lengkap dan belum tentu sesuai dengan teori yang sebenarnya, mengingat basic of lighting amatlah kompleks dan perlu bahasan yang mendalam.
Sumber :
http://kamera-gue.web.id/2009/08/23/basic-lighting-dalam-fotografi-digital/
Pencahayaan, atau lighting, bisa digolongkan dalam berbagai bahasan. Umumnya kita membahas lighting berdasarkan jenisnya, sumbernya, dan arah datangnya. Berdasar jenis cahaya kita kenal ada hard light, soft light dsb. Berdasar sumber bisa cahaya tentu dibagi dalam beberapa macam sumber cahaya seperti matahari, lampu studio dsb. Sedangkan menurut arah datangnya cahaya, bisa digolongkan dalam cahaya depan, cahaya samping dan cahaya belakang.
Jenis cahaya
Secara sederhana jenis cahaya dibagi dalam dua kelompok yaitu cahaya keras (hard light) dan cahaya lembut (soft light). Cahaya keras cenderung punya intensitas tinggi yang menyulitkan kamera untuk mengukur eksposur yang tepat, dan berpotensi membuat pantulan pada objek yang difoto. Hard light juga akan membuat bayangan yang tegas sehingga kurang cocok untuk foto profesional. Cahaya keras contohnya dihasilkan oleh semua lampu kilat pada kamera, atau sinar matahari langsung yang menyorot ke objek foto.
Hard light (credit : dailyphototips.com)
Sebaliknya cahaya lembut (soft light) umumnya dihasilkan melalui teknik studio yaitu penggunaan diffuser pada lampu kilat (lihat gambar di samping). Di taraf lebih tinggi digunakan teknik pantulan supaya cahaya bisa semakin lembut, baik pantulan ke langit-langit (bouncing) ataupun memakai reflektor. Cahaya lembut lebih cocok untuk dipakai di studio baik untuk foto orang ataupun foto produk, namun di luar ruang yang punya sumber cahaya kompleks, cahaya lembut sulit diaplikasikan. Setidaknya kita bisa mengenal perbedaan hasil yang didapat dengan memakai cahaya keras atau cahaya lembut.
Sumber cahaya
Di dunia ini sumber cahaya sangat banyak dan kompleks, mulai dari sinar matahari, bermacam jenis lampu dan benda lain yang berpendar. Tiap sumber cahaya memiliki intensitas dan temperatur warna yang berbeda-beda, sehingga diperlukan kemampuan yang baik dari kamera (atau fotografer) dalam menentukan white balance yang tepat. Umumnya kamera mampu mengenali cahaya matahari, lampu neon, lampu pijar dan lampu kilat. Bila hasil white balance otomatis dari kamera meleset (benda putih jadi kebiruan atau kemerahan) atur preset white balance secara manual. Untuk tingkat lebih lanjut, gunakan grey card sehingga foto yang meleset bisa ditolong memakai software.
Preset white balance (credit : alexismiller.com)
Kebanyakan kita memotret mengandalkan cahaya alami khususnya sinar matahari. Perlu diingat kalau intensitas cahaya matahari sangat tinggi dan berpotensi membuat foto mengalami highlight clipping. Untuk hasil terbaik hindari memotret di saat matahari terik (jam 10 sampai jam 15) karena kamera tidak akan mampu menangkap rentang spektrum terang gelap yang amat lebar. Apalagi prinsip metering kamera mengandalkan cahaya yang dipantulkan oleh objek foto, sehingga resiko eksposure meleset cukup besar.
Temperatur warna bermacam cahaya (credit : Shortcourse.com)
Arah datangnya cahaya
Yang menarik adalah pembahasan mengenai arah datangnya cahaya. Menarik karena bila disiasati dengan tepat, bisa didapat foto yang dramatis, namun bila salah maka hasilnya akan mengecewakan.
* cahaya depan : sesuai namanya, arah datangnya sinar lurus dari depan objek. Cahaya dari depan ini akan memberikan penerangan yang merata di seluruh bidang foto, sehingga didapat foto yang flat tanpa tekstur terang gelap. Meski secara umum foto seperti ini baik, namun terkadang kurang artistik karena kontrasnya rendah.
* cahaya samping : ini adalah teknik foto yang cukup artistik dengan mengandalkan cahaya yang datang dari arah samping objek foto. Sinar dari samping ini bisa menghasilkan bayangan dan bisa membuat area terang gelap yang bila secara jeli dioptimalkan maka bisa mendapat foto yang artistik. Contoh pemakaian adalah untuk fotografi windows lighting, dengan si model berdiri di samping jendela dan cahaya menyinari bagian samping dari si model.
* cahaya belakang (backlight) : suatu kondisi yang bisa menghasilkan foto yang baik atau bahkan buruk, tergantung niatnya. Prinsipnya backlight akan membuat objek foto jadi siluet, sehingga tentukan dulu apakah siluet ini memang hasil yang diinginkan atau tidak. Bila kita tidak sedang ingin membuat foto siluet, usahakan menghindari memotret dengan backlight. Meski ada trik untuk mengatasi backlight, tapi hasilnya tidak akan optimal. Maka itu usahakan merubah posisi objek atau fotografer bila berhadapan dengan cahaya dari belakang.
Sebagai bonus, bila pun anda terpaksa memotret dengan sumber cahaya dari belakang (backlight), berikut tips untuk menghindari siluet :
* atur kompensasi eksposure (Ev) ke arah positif, bisa sampai 2 stop kalau perlu. Hal ini memang akan membuat background menjadi blown (terbakar) tapi kita bisa menyelamatkan objek fotonya.
* gunakan spot metering lalu arahkan titik pengukuran ke arah objek, hal ini akan membuat kamera menghasilkan eksposur yang tepat hanya di objek foto dan tidak menghiraukan cahaya yang datang dari arah belakang.
* gunakan fill-in flash, jangan sangka lampu kilat hanya untuk dipakai di daerah gelap. Lampu kilat juga bermanfaat untuk menerangi daerah gelap akibat pencahayaan belakang.
* gunakan koreksi memakai software (semisal Photoshop), namun tentu anda perlu waktu lagi untuk mengolahnya.
Kesimpulan
Dengan memahami bermacam konsep pencahayaan (jenis, sumber dan arah datangnya cahaya) diharap kita semakin bisa menghasilkan foto yang baik. Saat akan memotret, cobalah untuk sejenak berpikir mengenai cahaya apa yang akan kita pakai, apakah kita perlu soft light (bila ya gunakan diffuser pada lampu kilat), apakah intensitas cahaya sekitar sudah mencukupi untuk kamera mendapat eksposuer yang tepat, apakah kita perlu mengatur white balance secara manual, apakah arah datangnya cahaya memang sudah sesuai yang kita inginkan; bila tidak, bisakah kita merubah posisi kita (dan si objek) untuk mendapat arah cahaya yang tepat? Memang tampaknya rumit, mau memotret saja kok banyak yang harus dipikirkan. Tapi demi foto yang lebih baik, tak ada salahnya kan sedikit ‘berjuang’ dan berlatih?
Catatan : Tulisan ini dibuat berdasar pengalaman pribadi penulis dan tidak dimaksud untuk menggantikan teori dasar fotografi. Apa yang ditulis disini mungkin belum lengkap dan belum tentu sesuai dengan teori yang sebenarnya, mengingat basic of lighting amatlah kompleks dan perlu bahasan yang mendalam.
Sumber :
http://kamera-gue.web.id/2009/08/23/basic-lighting-dalam-fotografi-digital/
13.36 |
Category: |
0
komentar
Comments (0)